(Saat membuat tulisan ini, aku tinggal bersama kakakku, di Bantul Yogyakarta. Saat itu beberapa bulan setelah gempa Jogja berlalu)
Aku punya tetangga, rumahnya di dekat gang rumah
mbakku. Suamiistri, bernama Pak Dahlan dan Mbak Is. Mereka punya 2 orang
anak, si sulung 5 tahun, dan si bungsu bayi 3 bulan. Pak Dahlan bekerja sebagai montir. "Kantornya" berupa bengkel sederhana di depan
rumahnya. Sedangkan Mbak Is, bekerja sebagai penjahit.
Pas musibah gempa kemarin
rumah mereka hancur. Alhamdulillahnya nggak sampai rubuh.
Walau begitu semua genteng melorot dan kayu-kayu di atap jatuh. Hingga rumah mereka tetap berdinding dengan beratap langit. Yang luar biasa adalah cara mereka
memandang kehidupan
Setelah gempa berlalu, Pak
Dahlan sama sekali tidak termasuk orang yang antri meminta
bantuan. Saat kutanya alasannya, dia menjawab bahwa seorang muslim tidak boleh meminta-minta ke
orang lain. "Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang dibawah," katanya.
Selama menjadi penjahit, Mbak Is, memilih selektif dalam menerima jahitan. Dia ‘menolak’ menjahitkan baju mini atau ketat yang kira-kira
bisa menimbulkan syahwat. Alasannya, ia takut ikutan berdosa karena menjahitkan baju untuk berbuat maksiyat.
10 hari
setelah gempa, mbakku datang ke rumah Pak Dahlan.
Di rumah mereka
tidak ada makanan. Hanya ada nasi dan singkong rebus yang
dicampur gula merah. Mbakku menawarkan bantuan sembako. Namun apa jawaban mereka?
"Coba berikan dulu ke orang lain, siapa tau ada yang lebih membutuhkan."
Masya
Allah…mulia sekali hati mereka. Walaupun akhirnya, setelah dipaksa-paksa
mereka mau menerima bantuan yang tidak seberapa itu.
Subhanallah…Hari gini…masih ada orang yang seperti itu. Mereka
tegar menghadapi segala kesulitan hidup. Mereka yakin sepenuhnya akan
pertolongan Nya. dan mereka sangat itsar (mendahulukan kepentingan
orang lain).
Seminggu-an setelah gempa mbak Is melahirkan anak
keduanya. Biar tidak menghabiskan banyak uang, sehabis melahirkan
mereka memaksa diri pulang dari rumah sakit. Tiga hari setelah melahirkan, mbak Is sudah
mencuci baju-bajunya sendiri, karena ada tetangga yang meminta tolong Pak Dahlan untuk membangun rumah yang rubuh karena gempa.
Semoga tetap istiqomah.
Salut buat keluarga pak Dahlan. Semoga
anak-anak kalian tumbuh jadi anak-anak yang cerdas dan memberikan
kontribusi yang besar pada umat. Para pemimpin negeri ini harus
belajar pada kalian. Biar Indonesia nggak ngutang melulu…
Arsip dari blog lama, "Mahameru", 14 September 2006
Pak Dahlan
01.00 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Syukur Alhamdulillah di tahun ini Saya mendapatkan Rezeki yg berlimpah sebab sudah hampir 9 Tahun Saya bekerja di (SINGAPORE) tdk pernah menikmati hasil jeripaya saya karna Hutang keluarga Sangatlah banyak namun Akhirnya, saya bisa terlepas dari masalah Hutang Baik di bank maupun sama Majikan saya di Tahun yg penuh berkah ini,
Dan sekarang saya bisa pulang ke Indonesia dgn membawakan Modal buat Keluarga supaya usaha kami bisa di lanjutkan lagi,dan tak lupa saya ucapkan Terimah kasih banyak kepada MBAH SURYO karna Beliaulah yg tlah memberikan bantuan kepada kami melalui bantuan Nomor Togel jadi sayapun berhasil menang di pemasangan Nomor di SINGAPORE dan menang banyak
Jadi,Bagi Teman yg ada di group ini yg mempunyai masalah silahkan minta bantuan Sama MBAH SURYO dgn cara tlp di Nomor ;082-342-997-888 percaya ataupun tdk itu tergantung sama anda Namun inilah kisa nyata saya
Posting Komentar