Posting lagi tulisan lama..
Aku mengenalnya 6 tahun yang lalu. Saat itu
aku ikut sebuah acara pelatihan di kampusku. Laki-laki itu awalnya tidak berada
di tengah-tengah panitia. Baru hari ke-2 atau ke-3 (tepatnya aku lupa)
laki-laki itu memasuki ruang aula tempat acara kami dilaksanakan. Oo mas itu
panitia juga tho?
1,5 tahun setelah kegiatan itu aku
sudah aktif di kampus, kuliah, organisasi, naik gunung, bersepeda keliling
kampus, asik sekali. Sosok itu hampir terlupakan dalam hidupku. Lalu aku
bertemu lagi dengannya dalam sebuah diskusi komunitas. Seorang teman diskusi
mengajak laki-laki itu bergabung dalam komunitas kami. Sebuah komunitas berisi
beberapa mahasiswa yang mulai ‘jenuh’ dengan hingar bingar organisasi di kampus
dan ingin mencoba melakukan program pemberdayaan untuk masyarakat. Itulah awal
interaksiku yang lumayan intens dengan laki-laki itu.
Meskipun sudah sering bertemu dalam forum
diskusi, laki-laki itu tetap misterius bagiku. Dia begitu unik, pendiam tapi
begitu berbicara aku sering ternganga-nganga dengan ide-ide barunya. Dia juga
seseorang yang sangat ‘stabil’, rasanya belum pernah sekali-pun aku melihat dia
marah –bahkan sekedar menaikkan nada suaranya-, sangat berbeda dengan diriku
yang meledak-ledak. Satu hal yang membuatku sangat tertarik dengan
laki-laki itu adalah independensinya. Dia begitu bebas menjadi dirinya sendiri,
tidak jarang pendapatnya begitu berbeda dengan banyak teman, pernah juga dia
melakukan sesuatu yang bikin banyak orang terheran-heran nyaris tak
percaya. Ya, dia memang special.. tapi tetap saja dia sosok yang begitu jauh
bagiku.
Tahun 2003, suatu hari di depan sebuah
terminal di sebuah kota di Jawa Timur aku berbincang dengannya. Waktu itu
berlima dengan teman satu komunitas kami mengadakan kegiatan di sana. Malam itu
hampir 5 jam kami nunggu bis yang akan membawa kami kembali ke Yogyakarta.
Hampir 2 jam kami berbicara, sambil berdiri di pinggir jalan. Awalnya cerita
tentang kampung kami masing-masing, lalu kami bicara tentang cita-cita
akan masyarakat seperti apa yang ingin kami bangun. Entah kenapa waktu
itu aku jadi sangat tertarik dengan laki-laki ini. Bagiku, ide-ide dia tentang
komunitas dan masyarakat mandiri sungguh orisinal.
Setelah malam itu, aku berharap ada kesempatan
lain bagi kami untuk melanjutkan perbincangan kami malam itu. Ternyata,
kesempatan itu tidak pernah datang lagi.
Waktu terus berjalan, ada banyak hal yang
menungguku untuk segera menyelesaikannya. Interaksi dengan teman-teman KKN dan
penduduk desa di lokasi KKN seperti memberi kehidupan baru. Paska KKN, skripsi
sudah menanti. Jadilah aku punya rutinitas baru, ngubek-ubek perpustakaan,
begadang di depan komputer dan terkantuk-kantuk menunggu dosen pembimbing
datang.
Dimana laki-laki itu? Ada kabar dia lagi ada
studi banding ke Jerman, beberapa bulan kemudian denger-denger dia ikut seminar
ke Vietnam atau kemana gitu aku gak begitu jelas dapat kabarnya. Sepertinya
laki-laki itu juga punya kehidupan sendiri yang berbeda dengan kehidupanku.
Setelah berjibaku hampir 2 tahun, kelar
juga skripsiku. Aku mulai banyak memiliki waktu luang lagi dan kuputuskan
kembali aktif ke komunitasku dulu dimana aku bertemu laki-laki itu.
Ternyata laki-laki itu juga sudah tidak aktif
di komunitasku. Terakhir kudengar kabar dia sudah lulus ujian skripsi beberapa
bulan sebelum aku, tapi karena begitu cueknya dia dengan segala aturan kampus,
bisa-bisanya dia ketinggalan mendaftar wisuda. Terus kudengar kabar lagi, dia
bergabung dengan sebuah LSM dan ikut proyek pendampingan masyarakat di lereng
Gunung entah mana, aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas.
Tahun 2005 aku wisuda dan mulai bekerja. Asik
juga jadi perempuan lajang dan sudah bekerja. Suka-suka aja mau pake uang
gajian buat apapun. Asik juga mau pulang malem-malem, mau pulang sore-sore, mau
nginep di rumah temen, Hanya saja aku jadi jarang naik gunung lagi, karena pekerjaanku
tidak bisa ditinggal lama..
Terkadang aku masih mampir ke sekretariat
tempat komunitasku dulu. Dan sesekali ada kabar tentang laki-laki itu. Kabar
yang kudengar dia kerja di sebuah lembaga keuangan syaria’ah. Dia? Kerja di
sana? Bagiku terasa agak aneh. Apa, ya, yang dicari laki-laki itu? Kupikir
selama ini dia enggak tertarik dengan ekonomi syari’ah. Kata temenku
yang di komunitas, lelaki itu punya idealisme yang ingin dia
wujudkan –salah satunya- lewat lembaga syari’ah tempat dia bekerja. Ooo
gitu…sedikit masuk akal.
Sampai pada titik ini sosok laki-laki itu
semakin terasa ‘jauh’ denganku. Dia punya kehidupan sendiri, aku juga. Kami
satu komunitas, sering diskusi bersama-sama teman yang lain, beberapa kali terlibat
kerja kepanitiaan bersama, tapi tetap saja aku merasa tidak begitu mengenalnya.
Berbeda jauh dengan teman laki-laki yang lain dalam komunitasku itu. Entahlah,
aku hanya merasa laki-laki itu menjaga ‘jarak’ dan begitu asing
bagiku…
Waktu terus berjalan, gempa Yogya
26 Mei 2006 menjadi bagian dari kehidupan yang kulalui. Pengalaman pertamaku
menemui korban yang begitu banyak. pengalaman pertamaku juga
melihat mayat-mayat yang ditidurkan berjajar, banyak banget. Lebih
dari 50 orang. Sedih melihatnya. Aku yang tidak tergores sedikitpun merasa
hampa. Bahkan seharian setelah gempa itu aku enggak bisa makan apa-apa.
Bagaimana bisa makan kalau di kanan dan kirimu ada korban yang berlumuran
darah, sampai-sampai bau udara pun terasa anyir. Mungkin ini yang dinamakan
trauma psikologis.
Yang paling berharga dari musibah gempa itu
adalah terjalinnya ikatan persaudaraan yang begitu erat antara aku dan
masyarakat –khususnya remaja masjid- sekitar rumah mbakku (tempat aku tinggal
setahun terakhir).
Bagaimana kabar laki-laki itu? Salah seorang
teman se-komunitas mengabarkan kalau laki-laki itu menerima pekerjaan baru di
belahan pulau lain yang jauh sekali dari Yogya. Aku pikir mungkin aku akan
kehilangan laki-laki itu selamanya. Entah kapan kami bisa bertemu lagi.
Walaupun aku tidak begitu mengenalnya, laki-laki itu adalah sahabat yang baik
bagiku…..
Pada suatu hari, aku sedang ada acara dengan
para remaja masjid dekat rumah, ketika hp-ku berbunyi, ada sms yang masuk, dan
eng ing eng, tak ada angin tak ada hujan, laki-laki itu mengirim sms kepadaku.
Menanyakan kabar dan…apakah aku sudah menikah…aku merasa ada yang aneh dengan
pertanyaan itu.
Mungkin kamu bisa menduga bahwa sms itu adalah
awal dari semuanya. Dan…singkat cerita, aku malah menyusul laki-laki itu
ke pulau yang jauh itu, karena, 3 bulan setelah sms itu kami
MENIKAH. Yaa benar, laki-laki itu adalah Muhammad Sigit Andhi rahman ,
yang sebagian teman kami memanggilnya Emsi. Laki-laki itu juga adalah ayah dari
bayi kecil berumur 6,5 bulan yang bernama Sofie Hilmia Rahman.
Dan ini adalah bagian hidup yang penuh rahasia
itu. Laki-laki asing dan aneh yang kukenal 6 tahun lalu ternyata menjadi
laki-laki yang paling kukenal dan menjadi orang paling dekat denganku.
Seringkali aku bilang sama dia: “Mas, aku
pengen, deh, nikah lagi…”
Saat wajah laki-laki itu mulai agak mendung
aku akan meneruskannya dengan iseng: “aku pengen nikah lagi denganmu, biar kita
jadi pengantin baru seumur hidup”..hehehe
7 Juni 2008
Selamat Ulang Tahun Laki-laki ku, I love u so
much…
1 komentar:
Syukur Alhamdulillah di tahun ini Saya mendapatkan Rezeki yg berlimpah sebab sudah hampir 9 Tahun Saya bekerja di (SINGAPORE) tdk pernah menikmati hasil jeripaya saya karna Hutang keluarga Sangatlah banyak namun Akhirnya, saya bisa terlepas dari masalah Hutang Baik di bank maupun sama Majikan saya di Tahun yg penuh berkah ini,
Dan sekarang saya bisa pulang ke Indonesia dgn membawakan Modal buat Keluarga supaya usaha kami bisa di lanjutkan lagi,dan tak lupa saya ucapkan Terimah kasih banyak kepada MBAH SURYO karna Beliaulah yg tlah memberikan bantuan kepada kami melalui bantuan Nomor Togel jadi sayapun berhasil menang di pemasangan Nomor di SINGAPORE dan menang banyak
Jadi,Bagi Teman yg ada di group ini yg mempunyai masalah silahkan minta bantuan Sama MBAH SURYO dgn cara tlp di Nomor ;082-342-997-888 percaya ataupun tdk itu tergantung sama anda Namun inilah kisa nyata saya
Posting Komentar