aini firdaus. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Seri Menjadi Ibu: Kampanye ASI

Posting tulisan lama...


Dokumentasi tulisanku saat-saat awal menjadi ibu....

sumber:asi.png

Semenjak menjadi ‘ibu baru’, banyak wawasan baru yang kudapatkan. Awalnya, kupikir menyusui itu merupakan sesuatu yang alami –karena sudah satu ‘paket’ dengan bayi - , mudah –artinya secara otomatis setiap ibu akan melakukannya-, praktis –kan tidak usah susah-susah cari botol, nuang susu bubuk, mbuka termos dan ngaduk-aduk- dan menyenangkan BAGI SEMUA IBU. 
Namun ternyata tidak semua ibu sepakat dengan hal  itu. Awalnya aku gak begitu aware ketika ibu-ibu di arisan tanya: “Ibu Aini, anaknya minum susu apa?”, kujawab: “minum ASI bu, kan ASI eksklusif sampai 6 bulan”. Lalu ibu ibu bertanya lagi sambil agak heran: “jadi hanya minum air tete’ (maaf) saja?” Aku juga menjawab dengan tak kalah heran: “iya bu, sampai 6 bulan”. Itu pengalaman pertama.

Pengalaman kedua terjadi pas aku ngajak sofie jalan-jalan di sekitar rumah, seorang ibu tetangga rumah Tanya: “Wah anaknya minum susu apa bu?” kujawab seperti penanya pertama dan muncul pertanyaan berikutnya yang gak jauh beda dengan cerita pertama. Aku mulai berpikir: Emangnya siapa yang bikin aturan kalau bayi itu ‘sebaiknya’ minum susu yang ‘bukan ASI saja’.

Pengalaman ketiga terjadi ketika aku datang ke pangajian ibu-ibu se-komplek, terjadi lagi dialog seprti di cerita pertama dan kedua, hanya saja kulanjutkan dengan pertanyaan: “memangnya anaknya ibu dulu tidak minum ASI?” jawab ibu itu: ”anak saya yang pertama kan laki-laki, jadi minum susunya kuat sekali, ASI saya tidak cukup terus saya sambung susu botol, lalu lama-lama air susu saya keluarnya sedikit sekali, jadi terus minum susu botol. Pas anak saya yang perempuan, ASI saya tidak keluar jadi sejak kecil dia minum susu botol.

Aku jadi makin tertarik dengan masalah per-susu-an ini. Lalu aku coba mengumpulkan informasi lebih banyak. dalam berbagai forum dan pertemuan –asal ada ibu lain yang membawa bayi atau ada ibu yang menanyakan perihal sofie- langsung aja aku tanyai soal susu menyusu ini. Hasilnya, aku dapatkan data sebagai berikut:

1. Saat ini sudah semakin jarang ibu menyusui, alasannya:
a. Tidak keluar ASI-nya
b. Bayi tidak bisa menyusu
c. ASI keluar sedikit terus mongering
d. Si ibu bekerja, jadi tidak bisa menyusui bayinya
2. Kalau-pun menyusui, rata-rata tidak melakukan
ASI eksklusif, karena
a.  ASI-nya encer, bayi tidak kenyang
b. ASI yang keluar sedikit, bayi nangis terus karena tidak kenyang
c. Ibu bekerja
3. Ada nilai prestisius yang terkandung dari jenis
susu formula yang diminum si kecil: semakin mahal susu formula-nya, berarti
semakin keren si ibu
4. Sebagian besar ibu beranggapan ‘nilai gizi dan nutrisi’ yang terkandung dalam susu formula itu lebih baik dari ASI makanya lebih
baik minum susu botol aja
5. Adanya anggapan –meski tersamar dan tidak ada yang mengungkapkan secara lisan- bahwa menyusui itu merepotkan, membuat ibu
terikat/tidak bebas dan kurang keren.

NAH LHO, gimana tuh? Dan ternyata data ‘riset-ku’ itu
dikuatkan dengan adanya data di berita seputar hebohnya bakteri Sakazaki, bahwa ibu yang menyusui hanya 39% dari total semua ibu di Indonesia. Dan sedihnya lagi, kebanyakan ibu- yang menjadi ‘responden’ku memilih tidak menyusui karena terpengaruh mitos maupun rayuan para pengusaha susu formula. 

Kenapa mitos? karena memang banyak sekali mitos yang berkaitan dengan susu bayi, di antaranya adalah anggapan bahwa bayi laki-laki minum ASI nya lebih kuat, jadi ASI saja tidak akan cukup. Ini dikuatkan dengan fakta yang menyatakan bayi sering menangis karena tidak/kurang kenyang.
Padahal, dari banyak literatur yang aku baca, 98% ibu bisa menyusui dan jumlah
ASInya pasti SESUAI untuk bayi. Tidak kurang dan tidak lebih. 

Menurut literature itu, bayi yang menangis bukan berarti tidak kenyang, namun karena ada yang membuat dia tidak nyaman. Entah karena dingin, ingin sendawa, mengantuk atau karena perasaan si ibu tengah gundah dan kegelisahan itu 'nyetrum' ke bayinya. Jadi tidak ada hubungannya antara bayi menangis dan tidak kenyang. 

Kalau-pun ada yang mengatakan bayinya menangis, lalu diam setelah diberi susu formula, itu belum tentu saling berkaitan. Bayi sering terlihat menyukai
susu formula karena lebih manis, tapi justru karena itu gak bagus bagus buat
bayi (dalam jangka panjang). Susahnya, mitos ini sudah begitu kuat tertanam
–terutama pada para nenek yang gak pernah kuat mendengar cucunya menangis-. Akibatnya ketika si ibu ‘baru’ masih tinggal bersama sang nenek, kemungkinan si bayi diminumi susu formula lebih besar dibanding si ibu yang tidak tinggal bersama sang nenek.

Parahnya lagi, banyak ibu yang tidak tahu bahwa kandungan susu formula sungguh tidak sebanding dengan kandungan gizi ASI. Ini karena ulah
para produsen susu dan iklan susu formula di televisi nih. Jadinya banyak ibu
muda yang gak yakin bahwa menyusui itu lebih sehat. 

Selain itu, tidak hanya masalah ASI, saat ini banyak orangtua yang bahkan merasa WAJIB memberikan susu (formula) pada anaknya. Di sisi lain, si anak tidak diwajibkan untuk makan sayuran, buah, ikan dan makanan bergizi lain selain susu. Akhirnya, para produsen susu formula menenggak keuntungan dari penjualan susu formula y ang semakin meningkat. Sedangkan kualitas kesehatan anak semakin lama semakin menurun.

ITULAH, makanya sekarang penting banget kita semua lakukan
kampanye ASI. Bagi para ibu, jangan pernah terpengaruh dengan mitos bahwa ASI kita enggak cukup. Seperti di iklan Pr*na**n itu lho: “Semakin banyak kamu (bayi) minum (ASI), semakin banyak ASI Mama”. 
Memahaminya jangan kebalik: “Semakin banyak kamu (ibu) minum (Prenagen), semakin banyak ASI Mama”. 

Dan jangan pernah menyerah kalau ASI nya belum keluar, coba terus dan coba terus, semoga kita tidak termasuk dalam 2 % wanita yang mengalami masalah dengan ASI.

Terakhir, kayaknya perlu deh dibuat semacam “Mother’s
School” yang tujuannya mempersiapkan para calon ibu dan ibu muda agar
mengetahui bagaimana merawat anak dengan baik, mengetahui masalah gizi, nutrisi dan membiasakan hidup sehat dalam keluarga. Tapi, siapa ya yang mau bua sekolah seperti itu?

4 Maret 2008
Habis nonton Healthy Life di Metro edisi “Makanan pengganti Susu Formula yang baik bagi Anak”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Review Buku:Musashi (2)



(masih postingan lama: April 2008..)

Musashi-nya keren banget. Aku baru sampai di bagian dimana
Musashi memutuskan untuk bertani. “Aku akan meletakkan pedang untuk sementara waktu dan sebagi gantinya, bekerja dengan cangkul”, ini kata Musashi.

Zen, kaligrafi, seni minum the, melukis dan mengukir patung –
smeua itu bermanfaat untuk menyempurnakan ilmu pedang seseorang. Apakah
menggarap ladang tidak juga memberikan sumbangan pada latihannya? Bukankah
petak tanah luas ini, yang menanti garapan tangan manusia, merupakan ruang
latihan yang sempurna? Dengan mengubah tanah datar yang tidak ramah ia, dapat
memajukan kesejahteraan generasi masa depan. 
Selama ini ia menempuh hidup seperti pendeta pengemis Zen –boleh dikatakan hidup atas perinsip menerima, yaitu tergantung pada makanan, peneduh, dan sumbangan orang lain. ia ingin mengadakan perubahan radikal, karena sudah lama ia menduga bahwa hanya mereka yang benar-benar memahami betapa suci dan bernilai keduanya. …
.tujuan yang henak dicapainya sekarang lebih dari sekedar menghasilkan makanan untuk makannya sehari-hari. Ia mencari makanan yang berfaedah untuk jiwanya. Ia ingin mempelajari arti bekerja untuk hidup, dan bukan sekedar meminta. Ia juga ingin menanamklan jalan pikirannya kepada orang-orang daerah itu. Menurut penglihatnnya, menyerahkan tanah itu kepada rumput liar dan widuri, dan membiarkannya ditimpa badai dan banjir, berarti menurunkan hidup melarat dari generasi satu ke generasi lain, tanpa membuka mata terhadap kemampuan mereka sendiri dan kemampuan tanah sekitar mereka… (hal. 845 dengan judul bab “Sepiring ikan lumpur)

Bagiku, buah pikiran yang ada dalam paragraf-paragraf di atas sunguh luar biasa. Bertani sebagai
bagian dalam meniti jalan Samurai. …Kupikir, Samurai ‘hanya’ berkisar di wilayah ‘pedang dan bertempur mengalahkan lawan’. Ternyata dalam buku ini aku menemukan penjelasan yang mencerahkan.
Jadi inget sosok Katsimoto dalam The Last Samurai. Kerendahan diri untuk selalu belajar dari alam dan manusia lain, disiplin mendidik diri, tidak bergantung pada ‘fasilitas’, mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri, kesediaan untuk selalu meng-evaluasi diri, dan bermanfaat bagi orang lain. kupikir itu nilai-nilai yang terkandung dalam diri seorang Samurai Sejati.

Jadi masuk akal ketika Musashi memilih bertani sebagai salah satu latihannya. Bertani –apalagi di lahan yang ‘terlihat tidak cocok untuk pertanian’ , artinya bersedia bekerja keras mengolah tanah, bersabar ketika menuai bibit dan menumbuhkannya, siap ‘berhadapan’ dengan kehendak alam (banjir dan badai), dan -dalam buku ini cobaan yang paling berat adalah- memiliki mental baja menghadapi cemoohan dan cibiran orang yang menganggap menjadikan lahan ‘itu’ sebagai lahan pertanian adalah sesuatu yang sia-sia. Hanya orang yang bermental bajadan mau bekerja keras saja yang dapat melakukannya. Ini latihan yang luar biasa untuk menjadi seorang Samurai Sejati.

Dan benar-lah, di akhir bab ini,-setelah Musashi mengalami ‘kegagalan-kegagalan’ membangun lahan pertaniannya, dia menemukan pelajaran penting, yaitu menjadi pelayan alam. “Aku mencoba memaksa air mengal ir ke tempat yang kukehendaki, dan memaksa lumpur diam di tempat yang
menurutku memang tempatnya.tapi itu tidak benar. Bagaimana mungkin? Air adalah air, lumpur adalah lumpur, tak dapat aku mengubah hakekat keduanya itu. Yang mesti kulakukan adalah belajar menjadi
pelayan air dan pelindung  tanah”, kata Musashi.

Jangan mencoba melawan jalannya alam semesta. Tapi pertama-tama yakinkan dirimu engkau mengenal jalan alam semesta (tulis Musashi dalam buku catatannya).

Kupikir bab ini perlu menjadi bacaan bagi para pengambil kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan Sumber Daya Alam.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Review Buku:Musashi (1)


(Posting tulisan lama... 10 April 2008)

Aku lagi baca Musashi nih. Aku tau aku telat baca nya. Buku Eiji Yoshikawa ini udah terbit sejak tahun 2001. Cetakan terbaru (keempat) tahun 2005. Dan sekarang udah tahun 2008. Jadi mungkin bagi yang udah baca lama, akan terasa ‘basi’ baca komentar-komentarku tentang buku ini. Tapi ya mau gimana lagi, emang aku baru dapat kesempatan itu
saat ini. Sebenarnya aku dah lama cari buku ini tapi kemarin-kemarin selalu tidak beruntung. Dan mungkin juga karena saat ini memang saat yang tepat bagiku untuk membacanya dan mengambil pelajaran darinya. Buku ini bercerita tentang MUSHASHI, seorang pemuda dari desa Miyamoto yang mencari kebenaran dengan jalan pedang. Kalau ada orang yang memilih mencari kesejatian hidup dengan menjadi seniman, akademisi, ustadz, maka si TAKEZO (nama kecil Musashi) memilih jalan pedang. Awalnya aku juga agak heran, kok jalan pedang sih? Bukannya jalan pedang itu berarti berkelahi dan membunuh? Masak bisa menemukan nilai-nilai spiritual dari jalan itu?
Awal-awal cerita rasanya merinding juga, kok tega banget sih si Takezo ini. Sabet sana sabet sini,
potong kepala, membelah tubuh, mengiris telinga, dan memotong tangan kok kayak koki lagi masak daging. Gampang banget gitu. Memang sih selalu ada alas an dia membunuh (artinya dia gak membunuh jika tidak diganggu lebih dulu), tapi kok ya alasannya itu terkadang sepele banget atau terkadang karena si Musashi sendiri yang berada dalam situasi yang tidak pas.

Intermezzo: oh ya
buku ini tebalnya 1238 halaman dan terbagi menjadi 7 bagian (sebetulnya ini versi komplit dari 7 buku yang diterbitkan secara terpisah). 7 buku itu adalah: 1) Tanah, 2) Air, 3) Api, 4) Angin, 5) Langit, 6)Matahari dan Bulan, 7) Cahaya Sempurna Di bagian akhir buku 1, mulai terjawab deh pertanyaan-pertanyaanku. Kenapa si Takezo itu kok seperti tidak punya rasa belas kasihan. Juga bagaimana dia mulai mendapat pencerahan dari Takuan Soho (seorang pendeta penganut aliran Zen). Hingga lahirlah Miyamoto Musashi yang bertekad menjadi manusia yang lebih baik.

Aku gak akan bercerita setiap bagian dari buku ini. Aku hanya ingin berbagi tentang hal-hal yang menurutku sangat menarik dari buku ini. Aku mulai benar-benar terpikat ketika memasuki buku 2,
dimana Mushasi banyak menemukan hal-hal penting yang –kemudian- membantunya untuk memahami hakikat dari jalan pedang. “Aku ingin menempuh hidup yang berarti. Aku mau menempuhnya, karena aku lahir sebagai manusia “ (hal. 175 dalam bab: Berhadapan dan Mundur).

Sosok Sekhisusai dari tanah perdikan Koyagyu memberikan pelajaran berharga tentang inti Seni Perang yaitu pengendallian diri. Bagaimana Sekhisusai memilih untuk ‘meninggalkan’ dunia yang hingar bingar dan memilih tinggal di tempat terpercil, menyibukkan diri dengan upacara minum the, menulis puisi dan sajak, mendengar seruling dan mengatur bunga di jambangan meninggalkan kesan mendalam bagiku. Sungguh luar biasa ketika seseorang telah menguasai suatu ilmu dengan baik.
Kegiatan yang kelihatannya sepele, seperti memotong bunga untuk di atur dalam vas, menjadi sesuatu yang tidak biasa. Dan hanya orang yang luar biasa juga yang bisa menangkap keistimewaa dari sebuah aktivitas yang terlihat sepele itu. Kejelian Musashi menangkap keliahaian Sekishusai menggunakan pedang melalui potongan bunga peoni itu bisa menjadi contoh.

Ia menjulurkan tangan, memungut mangkuk dengan penuh cinta
dan meletakkannya di atas lutut. Matanya bercahaya ketika mengamati. Terasa
olehnya kegembiraan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Diperhatikannya
dasar mangkuk itu, demikian juga jejak-jejak kape tukang tembikar, dan sadarlah
ia bahwa garis-garis itu menunjukkan ketajaman yang sama dengan irisan yang dilakukan Sekishusai
pada batang bunga peoni. Mangkuk bersaha inipun hasil karya seorang jenius.
Mangkuk ini mengungkapkan sentuhan semangat dan wawasan yang misterius.

……..
.Musashi kagum mendengar Koetsu dapat membuat keramik
sendiri. Tapi yang lebih mengesankan daripada luasnya kecakapan artistic orang
itu adalah kedalaman nilai manusia yang tersembunyi dalam mangkuk the yang
kelihatannya sederhana ini. Agak terganggu juga ia oleh kedalaman sumber
spiritual Koetsu. Karena terbiasa mengukur orang lain dengan kemampuan
menggunakan pedang, tiba-tiba ia menyimpulkan bahwa kemampuan dirinya begitu
kecil. Pikiran ini membuatnya merasa hina…..  (hal 505 dalam bab: Manusia Seba Bisa)


Dua paragraf itu hanya sebagian kecil yang menceritakan pertemuan Musashi dengan Koetsu, seorang seniman. Dia bisa membuat tembikar, ahli melukis, juga hidup dengan ritual minum teh. Sifatnya lembut dan sangat dalam memaknai hidup. Dia mengikuti profesi turun temurn dari leluhurnya yaitu
menggosok pedang para bangsawan.

Tau nggak apa yang kurasakan ketika sampai pada bab ini?
Betapa luar biasa-nya nilai-nilai spiritual yang dimiliki oleh orang-orang ini. Mengendalikan diri, menundukkan sifat merusak dalam diri sendiri, bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu dan tidak pernah melakukan sesuatu kecuali dengan tujuan yang jelas. Bahwa sesuatu itu adalah bagian dari
perjalanan hidup menuju kesejatian. Manusia itu apa sih? Dia seringkali sombong, merasa lebih
dari semua yang ada di bumi ini, dia ingin selalu menjadi yang utama, selalu ingin dianggap baik oleh orang lain, tidak mau jujur mengakui kesalahan. Sungguh bagiku menjadi sangat penting untuk bersikap jujur dan adil sejak dalam pikiran.
Jadi ingat kata-katanya Mingke dalam Tetralogi Pramoedya Ananta Toer -nya:kita harus adil sejak dalam pikiran.

Mari sama-sama tengok dalam sanubari kita, betapa banyak hari-hari yang kita lalui berisi pikiran-pikiran: ‘Ah, siapa sih dia’, ‘Aku masih lebih baik dari dia’, ‘kok dia begini sih, padahal…masih mending aku,…aku nih…dst

Pelajaran penting yang kudapat sampai saat ini adalah kenali diri dan didik diri sendiri untuk menjadi manusia yang sejati.  Sungguh-sungguh, disiplin, tidak tergantung pada manusia, dan yang
paling penting meniatkan diri untuk berproses menjadi manusia sejati seperti yang dikehendaki Dia yang menciptakanku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jelajah Islam Asia Tenggara (1)

Salah satu mimpiku, menjelajah dunia. Aku mulai dengan perjalanan Malaysia-Singapura-Thailand tahun ini. Banyak kekhawatiran yang sempat muncul jauh-jauh hari. Seperti, punya uang nggak ya? Nanti gimana kalau pas tanggalnya enggak bisa berangkat, tiket hangus dong..ntar gimana kalau kesasar, dll

But, the show must go on..
Berawal dari obrolan dengan teman2 kuliah dulu di UGM, kami (mas RS, Arie, mas Sahe+istri dan Aku+suami+Sofie) menyepakati untuk melakukan perjalanan bareng di kawasan Asia Tenggara. Kebetulan ada promo tiket Air Asia di bulan September 2011 lalu. Lalu kami menetapkan niat (saat itubelum ada bayangan mau kemana aja, prioritas utama kami yang harga tiketnya murah. hehe). Lalu malam harinya, bertiga dengan Mas RS di Solo dan Arie di Jogja, kami berjibaku mencari tiket murah ^_^ dan...dapatlah 5 tiket (Jkt-KL, KL-Bangkok, Bangkok-Phuket, Penang-KL dan KL-Jkt) dengan harga 630ribu rupiah/orang.

Beberapa bulan kemudian ada promo hotel di Bangkok dan Penang, atas kebaikan mas RS, dia booking untuk kami berlima.

Akhir tahun 2011 kami mulai serius membuat rencana perjalanan, melalui pertemuan di dunia maya, kami mulai merancang akan mengunjungi apa dan siapa di 3 negara tersebut. Tiga bulan sebelum hari H kami makin intens menyiapkan perjalanan dengan melakukan booking ke ho(s)tel2 di kota-kota yang akan kami singgahi, memilih transportasi, dll. Kami juga menghubungi lembaga keislaman di beberapa kota, yakni di Phuket dan Pattani untuk meminta izin mengunjungi mereka.

Dan, akhirnya tibalah hari itu. Sayang sekali mas RS tak bisa mengikuti perjalanan karena ia 'disergap' pernikahan (hehe).
Sayang juga suamiku (Mas Sigit) tidak bisa mengikuti perjalanan secara utuh karena dia sedang memulai kontrak kerja di kampus President University. Akhirnya dengan formasi 4 orang dewasa dan 1 anak balita kami memulai petualangan Asia Tenggara :)

H-1 (14 Sept 2012)
Aku, Sofie dan Arie berangkat dari rumah jam 5 karena jadwal pesawat jam 08.30. Sampai bandara Soe-ta jam 6.30. Ternyata pesawat delay sampai jam 11. Alhamdulillah, karena aku masih punya pekerjaan, kumanfaatkan kondisi itu dengan menyelesaikan editan tulisan ^_^

Sampai bandara Air Asia di Kuala Lumpur (LCCT) kami shalat dan bersiap mencari bus ke Melaka. Arie yang telah melakukan kunjungan ke Melaka beberap bulan sebelumnya memilih tinggal di KL, jadilah 3 orang+Sofie ke Melaka.

KL-Melaka ditempuh dalam 2,5 jam. Sampai di Terminal Melaka Sentral kami langsung mencari warung makan. Lapar banget ^_^ Alhamdulillah ketemu dengan warung yang pemiliknya orang Indonesia. Di kedai (begitu biasa orang Malaysia menyebutnya) ini makanannya murah meriah. contohnya, bakso seharga 3,5 Ringgit Malaysia (RYM), nasi+pecel lele 5 RYM. Bandingkan dengan harga nasi lemak (berisi nasi+ayam+lalapan+teri) di bandara LCCT yang kubeli buat Sofie seharga 8 RMY atau 25 ribu rupiah.

Dari Melaka Sentral kami menuju penginapan Backpaker Hostel dengan bus nomor 17. Bayarnya cuma 1 RYM/orang. Alhamdulillah lokasi hostel ini sangat strategis, pas di depan Menara Tamingsari.
Tidak banyak waktu yang kami miliki di Melaka. Malamnya kami jalan-jalan di sekitar Menara Tamingsari, esoknya menyusuri danau di sekitar museum Bahari, foto-foto di replika kapal juga di bekas benteng sederhana namun 'disulap' menjadi tempat yang menarik. Dan sekitar jam 11 kami bersiap kembali ke KL dan melanjutkan perjalanan ke Singapura.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Apa yang Berharga dari Sebuah Perjalanan?



       Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa hal yang berharga dari jalan-jalan adalah melihat tempat-tempat terkenal, berfoto di sana dan menunjukkan pada dunia bahwa “Aku sudah pernah ke sana, lho.” Sebagian yang lain mungkin berpendapat bahwa yang berharga adalah bisa pergi ke tempat baru, menikmati keindahan alam, membuat hati lapang dan sejenak melupakan rutinitas hidup yang seringkali membuat bosan dan otak serasa berhenti berpikir.
      Sepanjang perjalanan kemarin, sepuluh hari menyusuri kota kecil dan besar di Malaysia, Singapura dan Thailand, aku terus berpikir apa yang kucari. Aku tahu ini bukan perjalanan yang terlalu istimewa karena 3 negara itu bukan tempat yang jauh. Pasti banyak orang pernah ke sana. Tempat-tempat yang kukunjungi juga tidak terlalu istimewa. Kita tinggal nge-klik di google dan gambar tempat-tempat tersebut akan mudah kita temui bahkan dengan angle foto yang lebih ciamik. Lalu apa istimewanya?
      Ternyata yang sangat berharga -menurutku- adalah perjalanan itu sendiri. Apakah itu? Tidak lain adalah perasaan bahwa kita mengunjungi tempat yang tidak selalu kita datangi. Bertemu dengan orang-orang baru, mencoba jenis makanan baru dan lidah kita mengecap rasa yang tak biasa. Juga sensasi saat mencari transportasi menuju tempat yang akan kita datangi, kadang-kadang kesasar. Termasuk kehujanan, kepanasan, kehausan dan kelaparan → saat mencari tempat makan halal di negara yang mayoritas non muslim.
      Selain itu hal yang tak kurang berharga adalah seni menata hati. Ketika rencana tidak sesuai kenyataan. Saat tiba-tiba kita terpisah dari rombongan dan tak bisa saling berhubungan. Lalu Allah mendatangkan bantuan, entah melalui seseorang yang tiba-tiba menawarkan tumpangan. Atau entah bagaimana caranya tiba-tiba bisa ketemu rombongan kembali. Itulah mengapa Rasulullah bersabda bahwa salah satu cara mengetahui karakter sahabat kita adalah saat melakukan perjalanan bersama dia.
Hal-hal itulah, yang membuatku selalu rindu melakukannya. Sebuah perjalanan, membuka cakrawala pemikiran, melembutkan hati, menundukkan diri pada sang Pemilik langit dan bumi yang Maha Luas. Juga membuat lebih yakin bahwa dimanapun kita berada, pertolongan Allah selalu sangat-sangat dekat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Persiapan Backpaker ke Luar Negeri

Melunasi janji yang tertunda, pada kesempatan ini aku akan menulis tentang persiapan backpaker ke luar negeri. Topik ini sebetulnya sudah banyak dibahas di blog atau tulisan lain. Tapi memang biasanya ada rasa yang berbeda ketika kita membaca tulisan orang yang kita kenal, dengan kemiripan kondisi dan situasi. Semacam akan muncul pertanyaan, “kalau dia yang kondisinya nggak jauh beda denganku bisa jalan-jalan ke luar negeri, kenapa aku tidak?” ^_^

Nah ini yang perlu dipersiapkan sebelum backpaker-an ke luar negeri.
  1. Persiapkan paspor, cara ngurus paspor, browsing sendiri ya :)
  2. Sediakan kartu kredit yang sebaiknya milik sendiri. Aku rekomendasikan kartu kredit syariah, biar aman bertransaksi dan halal.
  3. Siapkan uang untuk booking tiket, jumlah uangnya tergantung negara mana yanga kan kita tuju. Kalau ini perjalana pertama Anda di kawasan Asia Tenggara, kupikir cukuplah menyiapkan uang 500ribu/orang untuk perjalanan pulang pergi.
  4. Mantengin jadwal promo tiket pesawat dengan cara daftar menjadi member Air Asia (karena hingga saat ini baru maskapai ini yang relatif sering memberi promo). Sering-sering juga cek informasi maskapai Low Cost lain semacam Tiger Air Ways.
  5. Jika ingin pergi barengan dengan beberapa orang, sepakati jauh-jauh hari akan pergi dengan siapa saja, kumpulin data paspor dan bikin kesepakatan kira-kira akan pergi antara tanggal berapa dan bulan apa.

Nah jika sudah ada kabar-kabar akan ada promo tiket pesawat, ini saatnya Anda berburu tiket pesawat. Caranya gimana?
  1. Cek harga tiket promo biasanya beebrapa jam sebelum jadwal promo, AA telah memberikan perkiraan harga tiket di tiap rute.
  2. Jika mau pergi barengan, langsung sepakati kira-kira rute mana yang mau diambil dan budget maksimal untuk tiket PP (misal rute perjalanan Malaysia dan Singapura bisa berangkat dari Jkt-KL dan pulang Singapura-Jkt dengan budget maksimal 300 ribu)
  3. Pastikan semua data calon penumpang (sesuai paspor) sudah tersimpan di database kita sebagai member AA
  4. Jangan lupa memasukkan data kartu kredit di database kita (pastikan juga limit CC kita masih cukup untuk melakukan transaksi tersebut).
  5. Saat tiba waktu promo langsung beli tiket sesuai rencana. Ketika berburu tiket, sudah tidak ada waktu lagi untuk diskusi atau minta pertimbanagn teman2 yang akan pergi barengan. Serahkan pengambilan keputusan pada teman yang bertugas mencari tiket. Karena biasanya proses 'rebutan' tiket akan berlangsung bahkan perdetik. Tidak ada waktu juga untuk mengetik satu per satu nama penumpang+nomor paspor → inilah manfaat database yang kubicarakan di poin 3 dan 4. Kalau kita sudah memiliki data ini, tinggal klak klik tanpa harus mengetik lagi. Jika tiket sudah kepegang, 1 tahap telah terlewati

Lalu persiapan apa lagi yang perlu dilakukan?
  1. Buat rencana perjalanan, secara umum aja. Misalnya 3 hari di Malaysia dan 2 hari di Singapura. Adakah teman atau saudara yang bisa ditumpangi menginap atau mau menginap di ho(s)tel? Jika menginap di ho(s)tel berarti berikutnya adalah mencari hotel murah.
  2. Air Asia juga memiiki jaringan dengan hotel (tune dan beberapa hotel lain). Terkadang mereka juga menawarkan promo atau diskon hotel. Makanya, cermati saja info-info terbaru dari AA. Jika beruntung, kita bisa mendapat hotel setara bintang 4 dengan harga 50-an ribu/orang.
  3. Jika tidak mendapat promo hotel kita juga bisa mencari penginapan murah meriah. Biasanya sekelas hostel atau dormitory (sekamar antara 2-8 orang). Saat ini banyak sekali hostel murah untuk backpaker. Harganya 30-70rb/orang/hari. Umumnya mereka hanya menyediakan tempat tidur, kamar mandi di luar. Tapi harga itu sudah dengan fasilitas sarapan sederhana (roti+selai) air minum, akses wifi internet dan air minum gratis.
  4. Untuk booking hotel ini biasanya mereka mensyaratkan bayar 10% melalui kartu kredit. Untuk diskon/promo terkadang mensyaratkan pembayaran lunas.
  5. Cari informasi mengenai tempat-tempat yang akan dikunjungi dan bagaimana transportasi menuju tempat tersebut. Catat juga berapa tiket masuknya. Jika memungkinkan bisa booking juga tiket kereta/bus via online.
  6. Buat tabel yang memuat secara rinci rencana perjalanan termasuk hotel+alamat transportasi menuju sana lokasi yang akan dikunjungi, biaya, dll
  7. Buat rencana anggaran
Menjelang hari H cek lagi persiapan dan selamat berlibur :)

Ohya untuk mereka yang baru perdana pergi backpaker-an, apalagi barengan beberapa teman dan ingin dengan harga semurah-murahnya, agendakan perjalanan itu 6 bulan-1 tahun sebelum hari H. Kenapa?
  1. Harga tiket promo Air Asia (secara umum) berdasar rencana keberangkatana → paling murah setahun sebelumnya, murah-9 bulan sebelumnya, agak murah-6 bulan sebelumnya dan mahal-3 bln sampai hari H. Kecuali memang ada promo lain dan kita sedang beruntung mendapat tiket murah untuk perjalanan hari H-3 bulan.
  2. Kita bisa nyicil pengeluaran. Misalnya setahun sebelumnya mengeluarkan 500 ribu untuk booking tiket, H-6 bulan kemudian 300 ribu untuk booking hotel dan 300 ribu untuk booking kereta/bus/tiket masuk tentu lebih ringan dibanding jika harus mengeluarkan sejumlah uang tersebut dalam waktu yang berdekatan.
  3. Insya Allah kita bisa lebih siap secara lahir dan batin. Dengan memperbanyak olahraga, teruatma jalan dan berlari → kemampuan ini akan banyak dibutuhkan, misalnya saat mengejar bis dan berburu makanan halal :). Merencanakan jauh-jauh hari juga berarti kita memiliki banyak waktu untuk browsing berbagai informasi dan jaringan. Kalau mau berkunjung ke rumah seseorang atau janjian ketemu dengan kenalan, kita jadi bisa merencanakan jauh-jauh hari.

Tidak susah, kan, merencanakan semua itu? Kalau saya bisa, kenapa kamu tidak?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini