Posting tulisan lama...
Dokumentasi tulisanku saat-saat awal menjadi ibu....
sumber:asi.png |
Namun ternyata tidak semua ibu sepakat dengan hal itu. Awalnya aku gak begitu aware ketika ibu-ibu di arisan tanya: “Ibu Aini, anaknya minum susu apa?”, kujawab: “minum ASI bu, kan ASI eksklusif sampai 6 bulan”. Lalu ibu ibu bertanya lagi sambil agak heran: “jadi hanya minum air tete’ (maaf) saja?” Aku juga menjawab dengan tak kalah heran: “iya bu, sampai 6 bulan”. Itu pengalaman pertama.
Pengalaman kedua terjadi pas aku ngajak sofie jalan-jalan di sekitar rumah, seorang ibu tetangga rumah Tanya: “Wah anaknya minum susu apa bu?” kujawab seperti penanya pertama dan muncul pertanyaan berikutnya yang gak jauh beda dengan cerita pertama. Aku mulai berpikir: Emangnya siapa yang bikin aturan kalau bayi itu ‘sebaiknya’ minum susu yang ‘bukan ASI saja’.
Pengalaman ketiga terjadi ketika aku datang ke pangajian ibu-ibu se-komplek, terjadi lagi dialog seprti di cerita pertama dan kedua, hanya saja kulanjutkan dengan pertanyaan: “memangnya anaknya ibu dulu tidak minum ASI?” jawab ibu itu: ”anak saya yang pertama kan laki-laki, jadi minum susunya kuat sekali, ASI saya tidak cukup terus saya sambung susu botol, lalu lama-lama air susu saya keluarnya sedikit sekali, jadi terus minum susu botol. Pas anak saya yang perempuan, ASI saya tidak keluar jadi sejak kecil dia minum susu botol.
Aku jadi makin tertarik dengan masalah per-susu-an ini. Lalu aku coba mengumpulkan informasi lebih banyak. dalam berbagai forum dan pertemuan –asal ada ibu lain yang membawa bayi atau ada ibu yang menanyakan perihal sofie- langsung aja aku tanyai soal susu menyusu ini. Hasilnya, aku dapatkan data sebagai berikut:
1. Saat ini sudah semakin jarang ibu menyusui, alasannya:
ASI eksklusif, karena
susu formula yang diminum si kecil: semakin mahal susu formula-nya, berarti
semakin keren si ibu
4. Sebagian besar ibu beranggapan ‘nilai gizi dan nutrisi’ yang terkandung dalam susu formula itu lebih baik dari ASI makanya lebih
baik minum susu botol aja
5. Adanya anggapan –meski tersamar dan tidak ada yang mengungkapkan secara lisan- bahwa menyusui itu merepotkan, membuat ibu
terikat/tidak bebas dan kurang keren.
NAH LHO, gimana tuh? Dan ternyata data ‘riset-ku’ itu
dikuatkan dengan adanya data di berita seputar hebohnya bakteri Sakazaki, bahwa ibu yang menyusui hanya 39% dari total semua ibu di Indonesia. Dan sedihnya lagi, kebanyakan ibu- yang menjadi ‘responden’ku memilih tidak menyusui karena terpengaruh mitos maupun rayuan para pengusaha susu formula.
ASInya pasti SESUAI untuk bayi. Tidak kurang dan tidak lebih.
bayi (dalam jangka panjang). Susahnya, mitos ini sudah begitu kuat tertanam
–terutama pada para nenek yang gak pernah kuat mendengar cucunya menangis-. Akibatnya ketika si ibu ‘baru’ masih tinggal bersama sang nenek, kemungkinan si bayi diminumi susu formula lebih besar dibanding si ibu yang tidak tinggal bersama sang nenek.
para produsen susu dan iklan susu formula di televisi nih. Jadinya banyak ibu
muda yang gak yakin bahwa menyusui itu lebih sehat.
kampanye ASI. Bagi para ibu, jangan pernah terpengaruh dengan mitos bahwa ASI kita enggak cukup. Seperti di iklan Pr*na**n itu lho: “Semakin banyak kamu (bayi) minum (ASI), semakin banyak ASI Mama”.
School” yang tujuannya mempersiapkan para calon ibu dan ibu muda agar
mengetahui bagaimana merawat anak dengan baik, mengetahui masalah gizi, nutrisi dan membiasakan hidup sehat dalam keluarga. Tapi, siapa ya yang mau bua sekolah seperti itu?
4 Maret 2008
Habis nonton Healthy Life di Metro edisi “Makanan pengganti Susu Formula yang baik bagi Anak”