Bagi yang pernah berinteraksi dengan Sofie, pasti hafal dengan kata-kata khasnya, "Ibu, lapar..?"
Karena itu, kemanapun kami pergi, aku selalu membawa 'senjata' berupa sekotak nasi+lauk dan sebotol air minum. Itu perlengkapan "wajib" untuk pergi kemanapun, minimal 1 jam.
Nah, ketika melakukan perjalanan kemarin, hal ini agak sulit kulakukan. Terutama saat menemukan tempat dimana jarang orang menjual nasi. Dimanakah itu? Di Singapura. Sebagai backpaker, yang prinsipnya irit tapi bisa mendapat banyak hal, kami hanya menjadwalkan sehari di Singapura. Biar irit dan tidak harus menyewa penginapan, kami memilih melakukan perjalanan malam dari Kuala Lumpur-Singapura dan malam berikutnya Singapura-Kuala Lumpur. Nah, karena, di negeri Singa cuma sehari, kami tak punya banyak waktu. Apalagi aku sudah menjanjikan ke Sofie untuk berkunjung ke Kebun Binatang yang kuperkirakan akan menghabiskan banyak waktu. Aku berharap dari tempat-tempat yang kulewati, misalnya stasiun atau terminal, ada penjual makanan (baca: nasi) jadi tak perlu menghabiskan banyak waktu untuk mencari makanan khas orang Indonesia itu.
Dan, apa yang terjadi saudara-saudara? Tak kutemukan nasi di tempat-tempat itu. Aku sudah mengitari Food Court di Woodland stasiun dan tak satupun kedai menyediakan nasi. Bahkan McD dan KFC. Padahal Sofie sudah ribut, "Lapar Ibu...lapar banget. Jadi gimana ini?"
Akhirnya kuputuskan beli ayam goreng dulu. Dan masih berharap ketemu nasi. Lalu aku dapat ide, "Kenapa tidak membeli mie instan, si Sofie mungkin mau diakali dengan makan mie. Lagipula di Singapore ini banyak tempat umum yang menyediakan air minum (dingin+panas)." Sip..lah..pikirku.
Setelah habis 1 potong ayam, si Sofie masih mengeluh lapar..Waduh..belum ketemu air panas lagi..Akhirnya kurayu dia untuk makan mie instan tanpa diseduh+ayam goreng lagi (alhamdulillah aku beli 4 potong buat jaga2 kalau dia tiba-tiba lapar lagi). Ajaib, Sofie mau.. Jadilah dia makan mie yang masih keras dengan ngemil ayam goreng ^_^
Kejadian kedua saat kami di Thailand, lebih tepatnya di Hatyai saat sudah naik mini van menuju Penang. Aku tidak membeli nasi karena pagi itu kami sudah sarapan dengan porsi yang banyak dan kupikir maksimal dalam waktu 4 jam kami akan sampai di Penang. Apalagi setelah itu Sofie mengantuk dan tidur di stroler. Aman, pikirku..
Tidak disangka, jadwal berubah dan mini van baru berangkat beberapa jam kemudian. Seperti biasa, si Sofie mengeluarkan kata-kata ajaibnya, "Lapar Ibu..lapar banget. Kalau lapar gimana bu?"
Kujawab, "Sabar, ya, Sayang. Nanti mobilnya akan berhenti di rumah makan."
Alhamdulillah Sofie mau mengerti dan diam beberapa saat. Eh, tiba-tiba mobil berhenti tepat di dekat penjual sosis. Si Sofie, kan, doyan banget dengan sosis, kontan saja dia merengek lagi, "Ibu, Sofie mau sosis. Lapar banget, Sofie mau sosis.."
Waduh, aku tanyalah ke penjualnya, "Is this halal food?" Si penjual nggak paham. Alhamdulillah ada orang di dekat situ yang ngerti dan menjawab "No, no for Moslem."
Lalu aku bujuklah si Sofie, "Nak, itu sosis tidak halal. Dari daging babi, kita enggak boleh makan."
Si Sofie yang mungkin sudah kelaparan malah menjawab, "Nggak apa-apa Ibu, Sofie mau sosis Babi. Sofie mau sosis babi." Meledaklah tawa kami, Oalah Nak, ada-ada saja ulahmu.
Akhirnya aku minta ke sopir untuk menunggu sebentar untuk mencarikan makanan halal buat Sofie.
Alhamdulillah ada seven-eleven yang menjual nasi+ayam cincang (instan) yang siap makan karena sudah dihangatkan di microwave.
Sekarang, setiap kali teringat rengekan Sofie yang ingin Sosis Babi aku masih tak bisa menahan tawa ^_^
Sofie mau Sosis...Babi (?)
02.55 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
Bersyukur krna rengekannya masih bisa ditahan...
hai mbak aini, sofie umur brapa..?
November besok, Sofie berusia 5 tahun ^_^
Posting Komentar