Barusan pulang dari Pacific Place,menyaksikan pemutaran film negeri 5 menara. Itulah enaknya jadi wartawan,bisa nonton film baru duluan,gratisan pula :).
Tapi saat ini saya sedang tidak ingin menulis tentang film yang barusan kutonton-tapi tentang tempat penyelenggara pemutaran film tadi,yakni Pacific Place.Dari dulu, saya tidak terlalu suka mall.Bangunannya yg luas, bikin capek kaki. Barang2 yg mahal bikin males ngelihat apalagi beli :). Mungkin memang saya tidak punya cukup uang atau karena saya yang ndeso -tapi sepertinya bukan itu alasan utama ketidaknyamanan yang kurasakan.
Bukan 'dunia' seperti ini yang ingin saya ingin jalani, ini mungkin alasan yang lebih mewakili keresahan yang kurasakan.
Sungguh berbeda dengan perasaaan yang saya rasakan saat pergi ke pasar kue pagi di senen.atau saat belanja di pasar Genjing. Atau sekedar belanja di pasar Mede. Menyaksikan para simbok tua berjualan seperti menyaksikan film perjuangan tentang seorang perempuan pekerja. Menemui bapak2 tukang sayur, anak muda penjual buah, alat2 dari plastik, semua membuat bangga dan membangkitkan rasa syukur. Betapa hebatnya mereka yang tidak pernah menyerah dan memilih berjuang.
Dan perasaan seperti ini tidak saya dapatkan ketika berkunjung ke mall. Dimana saya disuguhi pameran kemewahan, yang membuat asing.
--Mohon maaf bagi para pecinta mall, ini pendapat pribadi---
Mall Vs Pasar Lokal
Published with Blogger-droid v2.0.4
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar