Belajar dari Sang Pengamen
Juli 2010, aku bertemu dengan
Andi Suhadi, pemuda berusia 23 tahun asal Sukabumi. Saat remaja
seusianya asik pacaran dan berkeliaran di mall-mall, dia malah memilih
ngurusi anak-anak jalanan. Tinggal di kontrakan yang berdampingan dengan
kandang kambing dan makam itu dia menjadi ayah, kakak sekaligus
sahabat dari 25-an anak jalanan dari usia 4-18 tahun. Tak cukup
mendampingi, dia juga menyekolahkan, memberikan ongkos ke sekolah tiap
hari, mencukupi kebutuhan makan dan pakaian mereka.
Padahal dia
‘cuma’ mahasiswa biasa, yang membiayai kuliahnya dari ngamen dan jaga
parkir. Setahun terakhir dia ‘kerja’ di salah satu stasiun TV terkemuka
di tanah air. Tapi kini dia memutuskan tak melanjutkan kontrak karena
pekerjaan tersebut menyita waktu dan tenaganya. Sementara anak-anak di
rumahnya -yang saat ini dikenal sebagai Sanggar Anak Matahari- masih
butuh pengawasan dan pendampingannya. Dengan bantuan donator tak lebih
dari 1 juta-an perbulan dia survive menghidupi Sanggar. Padahal
pengeluaran untuk semua kebutuhan Sanggar lebih dari 5 juta per bulan.
Darimana dia dapat uang?
“Kalau dihitung secara matematis, ya
sepertinya nggak cukup mbak. Tapi Alhamdulillah kami bisa bertahan
sejauh ini. Allah yang mencukupkan,” ujarnya.
Tiap hari tak henti dia
gelorakan semangat bagi anak-anak yang sebagian orang hanya memandang
sebelah mata pada mereka. Dia punya cita-cita mulia, mengangkat derajat
anak jalanan hingga mereka menjadi manusia yang bermanfaat.
“Kalau
kalian nggak mau mengaji, shalat, belajar, sekolah, silakan saja. Masih
banyak lampu merah yang kosong. Mau jadi gembel selamanya, silahkan
kembali ke jalan. Sanggar ini hanya untuk anak-anak yang mau maju, mau
mengubah diri dan menjadi orang sukses di masa depan,” nasehatnya pada
mereka yang tak mau ikut aturan Sanggar.
Terkesan kejam mungkin, tapi
begitulah cara dia membangkitkan semangat anak-anak yang dibinanya. Dia
meyakini anak-anak jalanan-pun memiliki potensi yang tak kalah
dibanding anak-anak ‘biasa’. Namun potensi itu tak akan berkembang jika
si anak tak punya semangat untuk maju .
Kini sedikit demi sedikit
usahanya berbuah. Ada anak asuhnya yang menjadi juara di sekolahnya.
Ada yang menggondol juara pertama lomba baca puisi setingkat kota
Bekasi. Ada yang menggeluti nasyid dan menghasilkan 1 album yang terjual
hingga 3000 keping. Grup teater yang mereka bangun dari sanggar menjadi
juara pertama lomba teater tingkat SMA di Bekasi.
Meski
tertatih-tatih, alhamdulillah Sanggar masih berjalan. Biaya sekolah yang
begitu mencekik, ongkos kendaraan ke sekolah yang tak pernah berkurang,
seragam sekolah anak-anak yang belum lengkap bahkan makan yang
terkadang 1 piring untuk berempat. Mereka tetap bertahan. Hanya semangat
yang membuat mereka terus maju dan maju.
Luar biasa pilihan hidup
Andi. Bandingkan dengan kebanyakan kita yang selama ini tak pernah
beranjak dari kesibukan mengurus diri sendiri. Merasa penghasilan tak
pernah cukup dan uang yang serasa tak lama singgah di kantong. Mungkin
harta kita kurang barokah karena manfaatnya baru kita rasakan sendiri.
Bagi yang berminat membantu keuangan, bisa langsung kirim ke rekening MANDIRI 156-00-0434123-8 a.n Yayasan Anak Mandiri. Yang berminat jadi relawan, bisa kontak Andi di 021-96994575/087884422262.
Catatan 23 Juli 2010
Alamat Sanggar Anak Matahari:
Kampung Pintu Air RT 06 RW 07 Kel. Harapan Mulia, Kec. Medan Satria, Kota Bekasi
(Belakang Stasiun Bekasi)
Bagi yang berminat membantu keuangan, bisa langsung kirim ke rekening MANDIRI 156-00-0434123-8 a.n Yayasan Anak Mandiri. Yang berminat jadi relawan, bisa kontak Andi di 021-96994575/087884422262.
Catatan 23 Juli 2010
Alamat Sanggar Anak Matahari:
Kampung Pintu Air RT 06 RW 07 Kel. Harapan Mulia, Kec. Medan Satria, Kota Bekasi
(Belakang Stasiun Bekasi)
0 komentar:
Posting Komentar